Reviu Buku : Goodbye, Things. Hidup Minimalis ala Orang Jepang 

Assalamualaikum … selamat pagi. Gimana kabarnya hari ini? 

Tak terasa kita sudah berada di pertengahan bulan April di tahun 2022. Hari saya akan menyampaikan resume salah satu buku yang sebenarnya sudah selesai saya baca di awal tahun, namun baru sempat di ulas hari ini. He …he ….

Judul bukunya Goodbye, Things. Hidup Minimalis ala Orang Jepang.

Penulis seorang pelaku minimalis yang tinggal di Tokyo, Jepang bernama Fumio Sasaki.

Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Jumlah halaman 242 lembar.

Menjadi Minimalis

Saya tidak bisa membuang barang. Sebagaimana dapat dilihat, barang saya kian bertambah. Selama sepuluh tahun menghuni apartemen itu, hidup saya terasa mandek. Saat itulah saya menemukan konsep minimalisme-mengurangi kepemilikan hingga hanya barang-barang yang paling pokok. Saya pun berubah dari maksimalis menjadi minimalis. Saya mengeluarkan hampir sebagian besar barang saya. Tak disangka dalam prosesnya, saya juga mengubah diri sendiri.

Dari judul sudah pasti terbayang buku ini berkisah tentang apa kan? Apalagi setelah membaca kata pembuka yang digoreskan oleh sang penulis buku.

Benar … ini adalah tentang cara hidup minimalis. 

Tetapi isi dalam buku ini bukan hanya sekedar berisi cara membuang barang. Ada hal yang lebih besar yang ingin sang penulis, Fumio Sasaki, paparkan. Lewat buku ini saya jadi tau bahwa Minimalist is about Mindset.

Sekilas Isi Buku

Selama ini saya pribadi selalu berpikir hidup minimalis adalah orang-orang yang memiliki barang sangat sedikit. Yah hal ini tidak juga bisa dibilang salah, tetapi sebenarnya memiliki sedikit barang hanya bagian kecil dari hidup minimalis. 

Hidup minimalis, menurut Sasaki, adalah saat seseorang bisa tahu apa hal-hal bersifat pokok bagi dirinya dan akan mengurangi jumlah kepemilikan barang demi memberi ruang bagi hal-hal utama itu. 

Jadi setiap pelaku minimalis bisa memiliki kebutuhan pokok yang berbeda, dan itu tidak masalah.Yang paling penting mereka bisa membedakan mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang hanya keinginan. 

Keuntungan Menjadi Minimalis

Dalam buku ini Sasaki menuangkan beberapa keuntungan yang didapatkan saat menjadi minimalis, yaitu :

  1. Memiliki waktu yang lebih banyak.
  2. Lebih menikmati hidup.
  3. Kebebasan waktu bertambah.
  4. Tidak lagi membandingkan diri dengan orang lain.
  5. Tidak mencemaskan pandangan orang lain lagi.
  6. Fokus bertambah dan lebih konsentrasi dengan diri sendiri.
  7. Menjadi lebih hemat dan peduli dengan lingkungan
  8. Menjadi sehat dan aman.
  9. Membangun hubungan pribadi yang lebih hangat.
  10. membangun hubungan pribadi yang lebih bermakna.
  11. Menikmati momen yang sedang berlangsung.
  12. Merasakan syukur yang sesungguhnya.

Tips dan Trik Sederhana Menjadi Minimalis

Saat sadar bahwa kau tidak kekurangan suatu apapun, seisi dunia menjadi milikmu.

-Lao Tzu-

Di buku ini ada beberapa tips dan trik yang disampaikan Sasaki untuk menjadi minimalis yang dapat saya rangkum sebagai berikut :

  1. Barang bukanlah merupakan identitasmu. Seringkali kita membeli barang karena ingin menunjukkan identitas diri dan bisa diterima di pergaulan. Ingat bahwa kamu adalah dirimu bukan karena barang yang kamu gunakan.
  2. Memiliki banyak barang berarti kamu membutuhkan banyak energi dan biaya untuk merawatnya. Ingatlah tumpukan barang yang akhirnya menghabiskan ruangan di dalam rumah. Barang seperti penghuni lain yang tinggal secara gratis di rumah. Biarkanlah ruangan yang kosong tetap kosong, jangan tergoda untuk mengisinya dengan barang yang baru.
  3. Singkirkan barang-barang yang sudah kita lupakan, atau yang sudah dalam satu tahun tidak pernah digunakan lagi. Jangan tergoda untuk terus menyimpan barang karena merasa akan membutuhkannya kelak. Barang yang sudah dilupakan atau tidak digunakan berarti barang yang tidak dibutuhkan. Tidak akan ada satu barang pun yang akan membuat kita menyesal setelah membuangnya
  4. Membeli barang sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan. Gunakan pertanyaan “Apakah barang ini sangat dibutuhkan?” saat akan memutuskan membeli. Jika jawabannya “Tidak,” maka jangan membelinya. Belilah barang dengan kategori “sangat dibutuhkan.”
  5. Hindari membeli barang dalam jumlah besar karena tergoda diskon atau murah bahkan gratis. Ingat prinsip mengambil barang adalah dalam kategori “sangat dibutuhkan.” Jika untuk stock beli secukupnya, cukup satu barang untuk persediaan. Untuk barang-barang yang jarang digunakan kita bisa menggunakan jasa sewa barang yang sekarang sudah banyak tersedia, seperti untuk acara kita bisa menggunakan jasa sewa piring di catering.
  6. Untuk barang-barang bersifat sentimental atau memorable, gunakan fasilitas foto digital untuk menyimpannya. Dengan penyimpanan digital akan lebih mudah bagi kita untuk menyimpan dan mengenangnya kelak. 

Pada bagian akhir buku ini Sasaki menyampaikan pesan bahwa dengan hidup minimalis kita akhirnya merasa bahagia alih-alih menjadi bahagia.

Merasa bahagia membuat kita lebih mensyukuri dan menghargai apa yang kita miliki, diri kita menjadi orisinil dan tidak tergantung dari material yang ada.

Kebahagiaan tumbuh dari dalam diri sendiri bukan dari pengaruh lingkungan dan barang-barang. Dan inilah puncak dari kebahagiaan hidup yang hakiki.

Kita lebih sibuk menyakinkan orang lain bahwa kita bahagia, ketimbang benar-benar merasakan bahagia itu sendiri.

-François De La Rochefoucauld-

 

Penutup

Buat saya pribadi buku ini adalah satu dari dua buku yang telah mengubah cara pandang saya tentang kepemilikan barang. Membaca buku ini membawa saya ke dunia baru tentang konsep memiliki atau membeli barang. 

Baca juga : Seni Beberes Ala Konmari

Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk teman-teman yang mungkin mulai pusing dengan aneka barang yang semakin menumpuk di rumah.

Banyak tips dan trik untuk berpisah dengan barang-barang yang bisa langsung dipraktekkan karena sangat mudah dan sudah terbukti.

Selamat membaca dan mencoba menjalani hidup minimalis, karena itu membuatmu menjadi lebih baik.