Bunsal #2 : 1.Identifikasi Masalah

Setelah mendengar pembahasan atau highlight materi dari teh Dian, kemudian pendalaman materi dari Bu Septi serta forum Ibu Pembaharu, sekarang saatnya menuliskan jurnal terkait tema yaitu mengidentifikasi masalah.

Apa Masalah Saya?

Pertanyaan dimulai dengan mencari apa yang menjadi permasalahan saya. Disini saya akan menuliskan poin-poin utama yang menjadi ganjalan dalam hidup, baik secara pribadi, keluarga maupun sosial.

Masalah Pribadi

– Kurang Rasa Percaya Diri. 

Krisis percaya diri adalah masalah paling penting dalam hidup saya. Namun setiap orang yang melihat atau kenal saya tak pernah mengira bahwa saya adalah orang dengan krisis percaya diri.

Saya merasa ada bagian kecil dalam diri yang selalu berbisik keras bahwa saya bukanlah orang yang tepat untuk maju. Aura saya jauh mengecil jika berhadapan dengan orang lain. Saya takut salah dan menyampaikan hal yang tidak benar.

Saya takut dikritik dan pada dasarnya saya tak suka berada di antara orang-orang baru. Saya merasa dinilai jelek saat berhadapan dengan orang-orang baru. Ada bagian dalam diri saya yang belum selesai dan ini membuat saya merasa kurang percaya diri.

Saya tak tau dan tak ingat apa penyebabnya. Apakah karena saya anak bungsu dengan kakak-kakak perempuan yang mendominasi. Atau karena tak ada yang memotivasi atau mengenalkan saya dengan makna percaya diri. Saya hanya mengikuti apa arahan orang tua dan ini mungkin salah satu hal yang membuat saya tidak percaya diri untuk membuat pilihan hidup.

Sejak kecil saya hanya tau lingkungan rumah dan sekolah. Bertemu teman-teman sebaya yang hanya bicara tentang hari ini. Tidak memiliki mentor serta lingkungan yang percaya diri. Tidak ada yang mengajari tentang konsep mencintai diri sendiri. Tidak memiliki lingkungan yang mendukung untuk berkembang dan menampilkan kemampuan yang dipunya.

Saya hanyalah perempuan yang harus mengikuti jejak kakak dan membahagiakan orang tua untuk membalas jasa mereka. Tidak tau apa yang saya mau. Dan saat harus lepas dan mandiri dari orang tua, saya benar-benar harus berjuang dari nol.

Sampai saat ini saya terus berjuang untuk membangun kepercayaan diri dan memupuk kepercayaan diri melalui karya yang diapresiasi.

Sekarang krisis kepercayaan diri ini menurun ke anak saya yang tua, Kak Kia. Saya sekarang sedang survive untuk membangun kepercayaan diri bukan hanya untuk diri sendiri, namun untuk sang Kakak juga.

– Membangun Motivasi Diri untuk Bergerak dan Tampil.

Mengenal orang baru adalah hal kedua yang bisa dibilang cukup saya benci. Saat bertemu orang baru, stres langsung melanda. Saat harus mengungkapkan hal-hal yang saya pikirkan dan tampil di khalayak ramai, otak saya stres lebih dahulu. Bukan saya banget dan ini membuat stres tingkat tinggi. 😅 

Saat ada kesempatan untuk tampil saya sebisa mungkin menghindar. Entahlah rasanya saya selalu punya 1001 alasan agar tidak tampil di depan umum, apalagi berbicara di depan umum. Hal ini mungkin masih berkaitan dengan poin 1 tentang percaya diri. 

Saya sendiri bingung kenapa saya begini. Padahal saat berbicara di depan umum, teman-teman, suami dan beberapa orang bilang saya cukup baik. Saya bisa memaparkan hal dengan baik. Apalagi jika berkaitan dengan bidang yang saya kuasai. Kembali seperti halnya di poin 1 ada kekuatan yang cukup besar dalam diri, mungkin bisa dibilang inner child yang belum selesai terkait berbicara di depan publik atau saya juga tak tau apakah ini hanyalah bisikan dari dalam diri saya sendiri sebagai bentuk pembenaran untuk jadi orang di belakang layar.

Saya sudah ikut 2 kali pelatihan publik speaking yang cukup intensif, tetapi buat saya tidak banyak hal yang berubah. Saya masih tetap segan dan takut berbicara di depan umum.

Jika bisa saya lebih baik jadi operator saja daripada bicara di depan umum. Audien saya terbayang layaknya monster besar jika saya berbicara di depan yang siap untuk menjudge apa yang saya sampaikan. Apakah ini hanya perasaan saya saja. 

Haha … lucu saya bisa menyampaikan kepada anak saya, Kak Kia, bahwa tidak ada yang menilai kita, tetapi sebenarnya saya sendiri pun sedang berjuang disana 😆

– Membangun Motivasi Diri untuk Menyelesaikan Target dan Rencana yang Tersusun.

Masalah ketiga dalam hidup yang bikin saya mager untuk melakukan hal-hal produktif. Poin 1 dan 2 sudah sangat membuat saya sering demotivasi. Diperparah dengan poin ketiga terkait menyusun target dan rencana. 

Rasanya mau menangis kalau ingat pelatihan dan buku yang dibaca tentang target. Rasanya mudah banget seperti membalikkan telapak tangan, tetapi saat dijalani sungguh berat. Banyak hal yang saya rencana dan susun terbengkalai karena menunggu mood baik dari saya untuk memulainya. Motivasi yang harus dibangun dari dalam diri sendiri. 🫠

Saya sadar saat saya memiliki target saya pasti lebih produktif. Banyak hal yang bisa diselesaikan dan saya merasa hari saya tidak lewat begitu saja. Saya memiliki progres positif dalam hidup dan ini membuat kepercayaan diri saya bertumbuh.

Apakah saya perlu teman sejalan untuk melakukannya. Tetapi hiks kembali rasanya mo nangis jika ingat saya tak suka bergaul dengan banyak orang. Dibalik keluwesan saya, ada 1 hal yang orang mungkin tak tau bahwa saya sebenarnya senang sendirian. 

Sekarang urgensi untuk membuat target terkait pengelolaan homeschooling dua anak saya. Saat tidak memiliki target saya seperti hilang arah. Saya terkadang malu menyebutkan proses HS anak-anak. 😅 Bersandar di balik alasan anak-anak yang tak mau sekolah. Padahal di bagian dalam hati saya juga tak ingin anak-anak mengalami beban pembelajaran yang terlalu berat. Yah … saya benar-benar hilang arah.

Masalah Keluarga

– Manajemen Ibu Bekerja dalam Membersamai Anak.

Bekerja di ranah publik sebagai ASN merupakan pilihan yang saya ambil lama sebelum saya menikah. Bekerja  merupakan salah satu cara saya untuk dapat membantu orang tua yang pensiun tepat pada saat saya kuliah. Ada tes PNS dan alhamdulillah saya bisa lolos dari ribuan pendaftar. Sekarang profesi ini sudah dijalani lebih dari separuh usia saya. 

Bekerja dan mendampingi anak, apalagi dalam proses HS dan masa remaja merupakan tantangan yang cukup berat buat saya. Namun tetap melangkah walau tertatih membuat saya bisa terus bertahan hingga hari ini.

Anak tertua saya sudah memasuki usia remaja, dan perlu pendampingan lebih. Namun terkadang setelah pulang kerja saya kehabisan energi untuk bahkan sekedar mendampinginya belajar. Saya menganggap bahwa dia sudah cukup mandiri untuk bisa mengurus dirinya sendiri. Namun setelah satu peristiwa saya sadar bahwa belum bisa melepaskan dirinya sendiri. Pendampingan saya saat ini bukan sebagai orang tua, namun lebih kepada sahabat baginya. Saya harus mau menjadi tempatnya untuk bercerita dan berbagi segala kesulitanya. Saya harus hadir pada saat dia membutuhkan. Dan yang paling penting saya harus bisa mendampinginya tanpa menggurui.

Rasanya cukup berat dan saya perlu banyak belajar. Pergaulan remaja yang dipengaruhi oleh teknologi membuat mereka bisa mengakses segala konten dan sebagai oran tua saya perlu berlari sekencang mungkin agar tak ketinggalan dalam membersamai mereka.

Disisi lain 2 anak saya yang berusia sekolah dasar sedang menjaani proses homeschooling. Ini menjadi satu dunia baru yang saya juga harus belajar ekstra keras agar tidak bisa menyesuaikan dri. Terkadang saya seperti kehilangan arah dan akhirnya pembelajaran anak-anak juga tidak terkontrol. Saya perlu membuat suatu manajemen diri dan keluarga agar saya tetap bisa bekerja dan memdampingi mereka dengan maksimal.

Pada perkuliahan Bunsal saya memilih masalah di point keempat ini sebagai tantangan yang harus saya selesaikan karena terkait dengan keluarga dan urgensi pendidikan anak-anak saya. Saya harus mencari solusi untuk hal ini agar bisa tegak mengatakan bahwa saya bekerja dan saya tetap bisa membersamai anak-anak hingga mereka sukses meraih masa depan mereka.

Kenapa ini Jadi Masalah Saya?

Keempat poin diatas adalah masalah terbesar dalam hidup saya karena saya terus mengalaminya setiap hari dan semua masalah ini mengganggu kehidupan dan selalu membuat saya cemas. Apakah banyak yang mengalami hal ini atau hanya diri saya sendiri?

Terkait masalah yang saya pilih sebagai tantangan, saya melakukan survey melalui google dan menemukan artikel berikut :

https://www.bestmom.id/keluarga/orang-tua-sibuk-bekerja-begini-dampaknya-pada-anak

“Anak dengan ibu yang bekerja mengalami penurunan nilai 20% dan mengalami masalah mental.” (Institute for Social and Economic Research)

Survey ini cukup miris buat saya dan jelas tantangan saya lebih besar karena anak-anak melakukan pendidikan HS dan satu lagi memasuki masa pubertas dengan segala dinamikanya.

Kapan Saya Tau Jika Masalah Saya Sudah Selesai?

Saat saya sudah bisa menyampaikan pikiran saya dengan jelas dan tegas di depan forum, serta bisa merancang program membersamai yang tepat untuk anak-anak saya serta menjalaninya sesuai target dengan bahagia.

Hal-hal yang harus saya buat sebagai penanda bahwa masalah telah selesai adalah :

  1. Saya memiliki program belajar personal untuk kedua anak saya yang HS.
  2. Saya memiliki portofolio karya anak tertua saya, sebagai sarana pendampingan masa remajanya dan menumbuhkan rasa percaya dirinya.
  3. Saya memiliki program latihan untuk mengelola energi saya.
  4. Saya memiliki portofolio perjalanan dalam menemukan solusi permasalahan ini.

Tantangan Personal

Menulis dan menggambar adalah dua hal yang saya senangi. Terkait tantangan personal saya akan membuat 1 buah buku cerita anak bergambar yang bisa dimanfaatkan untuk membersamai anak-anak dirumah.

Demikian pemaparan saya terkait identifikasi masalah yang akan diselesaikan di tahap Bunsal Batch 4 ini. Jika ada tanggapan dan masukan sangat diharapkan demi memperdalam identifikasi masalah yang akan diselesaikan.