Pagi hari ini saya memulai hari dengan menonton salah satu channel YT yang membahas tentang dunia finansial dan langsung mendapat berita yang cukup mengejutkan bahwa tahun 2023 adalah masa krisis. Ini sebenarnya sudah dijelaskan dalam beberapa berita juga dari pemerintah. Namun saya tidak memahaminya secara jelas. Nah melalui siaran kali ini saya punya gambaran lebih terang tentang maksud perkiraan krisis ekonomi di beberapa tahun kedepan. Selanjutnya apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi era krisis ini? Saya akan membagikan sedikit catatan penting yang saya pahami.
Prolognya siaran dibuka dengan cerita penyebab munculnya krisis ini. Kita bisa membagikan menjadi lima chapter besar proses kejadian, dimana antara chapter saling bergantung dan menyebabkan efek domino.
Chapter Pertama : Pandemi dan Printing Money.
Pandemi merupakan salah satu penyebab awal perubahan semua sektor kehidupan, dari mulai sosial, politik, ekonomi hingga pola konsumsi. Akibat pandemi banyak negara-negara yang mengambil aksi menutup negara mereka atau dikenal dengan istilah lockdown. Langkah ini diambil demi menjaga keamanan di negara masing-masing. Namun efek dari lockdown ini menyebabkan berhentinya aktivitas perekonomian, pola produksi dan konsumsi berubah drastis, hampir menghentikan perputaran uang, sehingga dampaknya stabilitas perekonomian terancam.
Demi tetap menjaga kondisi ekonomi terus berjalan, negara melakukan berbagai cara, salah satunya cara yang paling mudah adalah printing money atau mencetak uang. Negara yang paling banyak melakukan ini adalah Amerika Serikat. Uang ini kemudian diberikan negara kepada warganya untuk membantu mereka tetap bertahan hidup dan peredaran uang tetap terjadi.
Perekonomian perlahan bisa membaik, namun ada dampak buruk dari mencetak uang secara besar-besaran adalah jumlah uang yang beredar akhirnya menjadi terlalu banyak. Saat jumlah permintaan (uang) lebih banyak, sedangkan kebutuhan (bahan konsumsi) sedikit, maka harga pun meningkat tajam. Dan mulailah chapter kedua.
Chapter Kedua : Inflasi dan Tightening
Kenaikan harga yang diakibatkan peredaran uang terlalu banyak, membuat pemerintah harus mencari cara untuk bisa yang menarik uang yang telah beredar. Salah satu cara tercepat yang digunakan oleh pemerintah adalah dengan metode tightening atau menaikkan suku bunga tabungan. Hal ini akan menarik minat masyarakat dan para investor untuk menyimpan uang mereka lebih banyak di dalam tabungan.
Di satu sisi hal ini merupakan metode tercepat untuk menyelamatkan perekonomian negara, namun naiknya suku bunga tentu membawa sisi buruk juga terutama untuk bunga pinjaman. Yang terdampak sangat besar adalah masyarakat kecil yang mengajukan pinjaman.
Dampak besarnya juga kepada startup, dimana para investor, mulai melirik suku bunga yang tinggi ini dan menarik modal mereka dari investasi high risk seperti saham dan memindahkannya ke investasi low risk seperti pasar uang. Usaha startup yang bergantung dari investasi saham tentu terancam mengalami kegagalan/ kebangkrutan.
Chapter Ketiga : Perang
Perang antara Rusia dan Ukraina yang sudah berjalan cukup lama membawa pengaruh besar kepada negara-negara lain. Negara di dunia terpecah menjadi dua, yang mendukung Rusia dan menolak perang. Negara-negara yang menolak perang, melakukan embargo kepada Rusia, sehingga menyebabkan mata uang mereka turun drastis, namun dan kemudian perlahan naik lagi. Rusia sebagai salah satu pemasok energi minyak dan gas terbesar di dunia, terutama Eropa, memegang kendali besar karena banyaknya negara yang bergantung dari suplai energi dari mereka.
Beberapa saat yang lalu saluran yang menyuplai energi ke negara Eropa yang disebut North Seam mengalami kerusakan akibat ledakan, kita tidak tau apakah ini ada faktor kesengajaan atau tidak, yang pasti ini menyebabkan chapter keempat, yaitu krisis energi dan pangan.
Chapter Keempat : Krisis Energi dan Pangan
Akibat perang ini, Eropa yang sangat bergantung kepada Rusia untuk urusan energi mulai merasakan dampak krisis terutama dalam suplai energi. Mereka mulai merasakan harga listrik dan bahan bakar yang meningkat tajam. Krisis ini semakin terasa karena Eropa sedang memasuki musim dingin dan tentu saja membutuhkan energi yang lebih besar.
Dampak krisis energi juga mulai dirasakan di Indonesia, dimana harga bahan bakar yang mulai meningkat secara perlahan.
Chapter Kelima : Housing Crisis
Pandemi belum usai, suku bunga terus naik tajam dan harga energi serta bahan kebutuhan pokok terus meningkat. Semua masalah ini belum usai, tapi krisis yang terakhir mulai muncul, yaitu housing krisis atau jatuhnya harga rumah.
Rumah merupakan investasi terbesar dari semua orang. Jika suku bunga naik, maka cicilan naik, sehingga mereka tidak mampu membayar cicilan rumah tersebut. Mereka pun kemudian rela melepaskan semua aset demi bisa membayar cicilan rumah.
Ini adalah krisis yang besar, saat orang-orang kehilangan pekerjaan karena PHK pada masa pandemi, kehilangan simpanan/ tabungan untuk biaya hidup atau membayar cicilan dan pada akhirnya harus juga kehilangan rumah karena tidak bisa membayar angsuran
Saat jumlah rumah banyak, namun tidak ada yang mampu membeli/ mencicil, maka harga rumah akan turun drastis. Orang kelas bawah akan kehilangan aset terbesar mereka, sedangkan orang kelas mendapat keuntungan karena dapat membeli rumah dengan harga murah.
Apa Yang Perlu Kita Siapkan?
Runtutan chapter diatas adalah sedikit gambaran tentang kondisi dunia saat ini. Bersyukur negara Indonesia adalah salah satu negara yang masih bisa survive dan tidak mengalami krisis yang separah dialami negara lain. Saat ini negara masih bisa memberikan subsidi untuk bahan bakar dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Namun kita tidak bisa hanya berharap kepada negara. Kita juga harus mempersiapkan diri sendiri untuk menghadapi krisis yang menanti di depan kita. Saatnya kita bijak menggunakan uang kita punya, mengedepankan prinsip kebutuhan daripada sekedar keinginan. Kita harus menyiapkan simpanan dan belajar tentang ilmu finansial.
Buat saya sendiri saat ini mulai membuat catatan pengeluaran dan pendapatan. Ini beneran sangat membantu untuk mengendalikan keuangan setiap bulannya. Tak lupa juga memiliki simpanan di tabungan, memiliki asuransi kesehatan, minimal BPJS dan mulai mengalokasikan dana minimal 10% untuk investasi di reksadana.
Demikian catatan kecil pagi ini. Buat yang ingin berbagi hal-hal yang sudah dilakukan untuk persiapan krisis boleh sharing di kolom komentar ya.
Sumber :
Raymond Chin : https://www.youtube.com/watch?v=Nhw6OWZjHVU